KARENA GIBRAN DIANGGAP POTENSIAL MAKA DISERANG . -->

Kategori Berita

KARENA GIBRAN DIANGGAP POTENSIAL MAKA DISERANG .

Monday 7 December 2020, December 07, 2020


SURAKARTA - Suara Kita News.
Bagi Gibran soal diserang dari berbagai sisi oleh kaum sakit hati yang tidak bisa berfikir dengan jernih itu sudah bukan hal baru. Sejak bapaknya mencalonkan diri jadi Gubernur DKI hingga Presiden RI 2 kali, dia selalu kena imbasnya, difitnah dengan kejinya.

Yang paling menyedihkan dari politik di era medsos tentu saja produksi-produksi hoax untuk menyerang lawan politik yang berseberangan, apalagi lawan politik yang potensial. 

Tidak heran, setiap calon yang berpotensi akan diserang habis-habisan dengan hoax dan fotmah. Sebab para politikus tanpa idealisme itu meyakini, selalu ada orang-orang bodoh yang percaya berita-berita hoax.

Dan ternyata Gibran Rakabuming Raka, calon walikota Surakarta itu juga dianggap potensial. Ia tak pernah lepas dari hoax, juga opini-opini negatif sejak kemunculannya di awal pencalonan. 

Mulai dari berita aji mumpung, hingga yang terbaru, pengerahan massa saat kampanye. Tidak tanggung-tanggung, menggunakan foto kampanye tahun 2019. Sebelum pandemi datang.

Padahal bukan cuma Gibran, anak tokoh nasional yang ikut berpolitik bahkan ikut Pemilu. Ada bejibun. 

Di masa pemerintahan SBY, Edi Baskoro Yudhoyono juga ikut mencalonkan diri sebagai anggota DPR. 

Kemudian di tahun 2016, kakaknya AHY juga ikut mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI. 

Di luar negeri, pada masa pemerintahan Presiden John F Kennedy, adiknya Bobby Kennedy bahkan ditunjuk sebagai Jaksa Agung. Itu di Amerika Serikat yang konon biang keladinya demokrasi.

Lalu mengapa Gibran yang paling diserang? 

Meski ia cukup rendah hati untuk ukuran anak tokoh nasional, mau merangkak dari tingkat terendah yaitu walikota. 

Jawaban atas pertanyaan ini bisa kompleks... tetapi tentu saja yang paling mengejutkan adalah, ternyata Gibran adalah calon pemimpin yang sangat potensial. Tidak abal-abal. 

Tidak menjual mimpi, tidak menjual kemarahan ataupun citra buatan. Ia berkonsep nyata dan ini bukti ia berkarya.

Seperti juga ayahnya, Gibran rajin blusukan di semua wilayah kota Solo. Bukan blusukan pencitraan seperti yang banyak dilakukan politisi seperti bagi-bagi sembako, atau bernyanyi bersama dalam panggung gembira. 

Wartawan-wartawan yang banyak mengikuti blusukan Gibran sampai megap-megap mencari celah untuk memotret Gibran. 

Karena Gibran bukan jenis politisi yang menyediakan waktu khusus untuk dijepret dalam pose membahana, ganteng, berwibawa. Tidak. Gibran terus bergerak. Tak peduli ada atau tak ada yang mengabadikannya.

Tetapi tentu saja yang mengagetkan dan di luar dugaan ternyata Gibran sangat menguasai problem-problem kotanya, juga memahami kejiwaan masyarakat Surakarta yang menyukai keselarasan, guyub, rukun dan gotong-royong. Program-program Gibran terkait pandemi mencengangkan banyak pengamat sebagai tak hanya fokus pada kesehatan, tapi juga pemulihan dampak ekonomi yang luar biasa bagi kota Solo yang mengandalkan perekonomiannya dari sektor perdagangan dan jasa.

Maka di sektor tersebut Gibran melakukan terobosan. Mulai dari pemberdayaan Karang Taruna melalui kegiatan kewirausahaan sosial. 

Dimulai dari yang sederhana bermodal hp yang kini dimiliki nyaris semua orang. Ia juga akan membangun creative hub yang akan jadi sentral pengembangan bisnis kreatif. 

Ia juga akan mengembangkan pariwisata Solo dengan apa yang disebut wellness tourism. Membuat Solo bukan hanya layak bagi banyak event olahraga besar, tetapi juga mengembangkan usaha kesehatan dan herbal sebagaimana potensi besar yang dimiliki Solo di bidang ini.

Mencengangkan dan akan menjadi standar program kerja kepala daerah lain di Indonesia. Tak heran Gibran membuat para politikus negatif semakin aktif memfitnahnya dalam setiap kesempatan.

Tapi Gibran terus fokus pada tujuan awal saat memproklamirkan diri untuk terjun ke politik, yaitu membangun kota dan mensejahterakan warganya. 
(Rls/Red) (VK/TP)

#OGO
#CoblosBajuPutih
#PilihNo1
#GibranRakabumingRaka

TerPopuler